Monday, January 16, 2012 | 5:44 PM | 4 sunflower(s)
A friend is a friend
'til the end of the end.
That's forever and a day.
Stay by your side.
Won't hear me say goodbye
come what may,
'cause that's what friends do
Persahabatan. Sebuah kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Setiap orang sebagai mahluk sosial pastilah ingin memiliki sahabat. Tidak memiliki sahabat itu rasanya... begitu hampa. Tidak ada yang bisa diajak untuk bertukar pikiran, bercerita, sharing, dan sebagainya. Maka bersyukurlah kalian yang memiliki sahabat. Begitu mudah mecari teman, namun sulit untuk menemuka sahabat.
Tapi tidak jarang juga orang dengan mudahnya making friends and losing friends at the same time. Mungkin banyak yang sudah paham maksud saya. Maksudnya adalah, melupakan teman lama ketika mendapat teman baru. Singkat kata, habis manis sepah dibuang.
Saya tidak ingin munafik, saya juga pernah seperti itu. Mungkin kalau pengalaman pribadi saya sih, hubungan saya dengan teman merenggang karna memang pada dasarnya tidak begitu akrab ditambah lagi dengan intensitas interaksi yang semakin minim. Terdengar seperti pembelaan, tapi begitulah kenyataannya.
Lalu bagaimana jika sahabat kita, yang sudah memproklamirkan kita sebagai BFF atau best friend forever justru berbuat seperti itu? Sakit pasti rasanya. Banyak faktor yang mempengaruhinya, selain karna adanya "teman baru" faktor yang lebih populer lagi adalah PACAR.
Everybody knows that when your besties have a boyfriend, there are always any possibility that you may be forgotten. Ya mungkin dia hanya akan datang kalau misalnya ada masalah dengan pacarnya, and so on. Cerita klasik.
Dan saat sahabat kita berubah, entah karena pacar atau hal-hal lain, terkadang kita merasa tidak enak hati untuk menegurnya. Kita berpikir "Jika saya menegurnya, dia mungkin akan tersinggung dan persahabatan kami semakin rusak". Dan disaat seperti itu ketika bisa saja justru sahabat kita menghakimi kita, mengklaim bahwa kita berubah hanya karna satu atau dua hal kecil. Tanpa bertanya terlebih dahulu kepada dirinya sendiri "Sudah sempurnakah saya? Sudahkah saya menjadi sahabat yang baik? Egoiskah saya selama ini?". Saya berani bertaruh, diantara 10 orang mungkin hanya akan ada 2 orang yang berpikir seperti ini.
Intinya, persahabatan itu tidaklah seperti air yang tenang. Persahabatan itu bagaikan air di tepi pantai, kadang begitu tenang namun kadang begitu berombak. Kalau ada sesuatu yang ingin dibicarakan, mungkin akan lebih baik jika langsung dikatakan saja. Daripada akhirnya justru kita yang sakit hati, toh kalau memang dia bukan sahabat sejati kita akan lebih baik kalau mengetahuinya lebih cepat daripada tersakiti lebih dalam.
For my besties (hanya bagi yang merasa)Thank you
I’m glad that you’re here
No matter the time
I can always smile
No matter how many years pass while we’re away from each other – Nothing will have changed
We’re Best Friends
I love you, I really love you (Best Friend - Nishino Kana)
Labels: my opinion
BACK TO TOP